top of page
  • Writer's pictureProses Manufaktur

DIGITAL FACTORY


Digital factory (DF) merupakan perangkat untuk mendesain, merencanakan dan mengevaluasi proses dan sistem manufaktur menggunakan model dan simulasi tiga dimensi atau secara virtual. Digital factory merupakan gambaran visual dari proses dan sistem manufaktur secara keseluruhan, yang digunakan untuk mensimulasikan desain, perencanaan dan evaluasi, baik dari sisi pengembangan proses dan sistem yang sudah ada maupun proses dan sistem yang baru. Digital factor dapat digunakan untuk bereksperimen mengenai rancangan sistem kerja dengan berbagai macam alternatif dengan mudah tanpa mengganggu sistem dan proses kerja yang sedang berjalan. Dengan demikian, implementasi Digital factory dapat menghemat waktu dan tenaga, baik dalam rangka pengembangan produk, perencanaan produksi, maupun sistem rantai pasok.


Digital factory menawarkan metode dan solusi melalui pemanfaatan software untuk desain produk dan perencanaan, pengembangan produk digital, pabrikasi digital, serta meningkatkan kecepatan produksi. Hal ini sangat membantu dalam menghadapi permintaan pasar atau kebutuhan konsumen yang terus berubah seiring berkembangnya jaman. Solusi lain yang juga dapat diperoleh adalah integrasi seluruh data produk, proses produksi dan informasi pabrik itu sendiri. Sehingga data yang dibutuhkan akan selalu ada dan tersedia dalam keadaaan apa pun.

Lingkungan bisnis dan pasar yang sangat dinamis menuntut para perancang sistem manufaktur untuk menggunakan alat maupun teknik desain yang dapat mempercepat proses perancangan produk maupun proses produksi, dengan biaya dan waktu seefisien mungkin. Furmann dan Krajčovič mengusulkan pemanfaatan digital factory sebagai pendekatan paling efisien. Fungsi utama digital factory adalah memodelkan, mensimulasikan, dan memvisualisasikan data, informasi, dan kondisi lingkungan sedekat mungkin dengan kondisi sebenarnya.

Dengan demikian, digital factory membantu mempercepat proses inovasi, terutama dalam sistem produksi dan proses pengembangan produk. Argumen ini dibuktikan oleh penelitian Bohusova, yang menemukan fakta bahwa penerapan digital factory telah berhasil meningkatkan efisiensi waktu dan biaya diberbagai industri, terutama di industri otomotif, industri alat berat, industri penerbangan, industri perkapalan, industri elektronik, hingga industri barang konsumsi sehari-hari. Namun demikian, penggunaan teknologi yang modern, dalam hal ini teknologi digital, tidak selalu dapat diterima oleh semua orang tanpa adanya per ubahan dan penguasaan yang cukup dari pengguna untuk menerima teknologi modern tersebut, sehingga diperlukan berbagai persiapan agar dalam proses manufaktur dapat menggunakannya dengan efektif. Penelitian-penelitian terdahulu menggambarkan keberhasilan penerapan digital ƒactory di berbagai perusahaan besar berbasis teknologi modern. Selain itu, seringkali dibutuhkan bukti akan manfaat dalam mengimplementasian teknologi atau metode baru, agar setiap insan dalam organisasi mau untuk turut menerapkannya. Penelitian ini disusun sebagai suatu studi awal untuk mencari tahu apa saja kriteria yang dapat mendukung implementasi digital ƒactory yang efektif, dalam kaitannya dengan keberlangsungan industri manufaktur skala menengah di Indonesia.

Implementasi digital ƒactory sangat menguntungkan bagi industri manufaktur skala menengah. Melalui digital ƒactory, industri manufaktur skala menengah, yang secara aset dan pemodalan tidak sekuat industri skala besar, memiliki kesempatan bereksperimen mengenai sistem kerja dengan berbagai macam alternatif dengan mudah tanpa mengganggu proses sistem kerja yang sedang berjalan.

Pada penelitiannya, Kurkin & Bures menggunakan software Tecknomatic Process Designer untuk pengaturan waktu operasi dan mendesain tempat kerja secara virtual. Hasilnya didapatkan bahwa perencanaan kerja dan perhitungan waktu pada simulasi virtual yang dibuat dapat dilakukan secara nyata dengan catatan waktu yang hampir sama dengan waktu kerja yang sebenarnya. Rohrlack, melalui eksperimennya menyebutkan bahwa simulasi menggunakan model tiga dimensi akan lebih efektif dibandingkan model dua dimensi. Model dua dimensi memiliki banyak keterbatasan informasi sehingga harus dibuat secara khusus tiap-tiap bagiannya. Akibatnya model yang harus dibuat menjadi lebih banyak dan tidak semua model mencakup sistem secara keseluruhan.

Model tiga dimensi lebih mudah dimengerti dan mencakup seluruh informasi mengenai sistem yang akan disimulasikan. Keseluruhan informasi dapat dimasukkan ke dalam satu model utuh sehingga tidak lagi diperlukan model parsial pada tiap bagian. Keuntungan lainnya adalah dari sisi penghematan biaya, terutama karena model tiga dimensi tidak memerlukan pengerjaan ulang, cukup menggunakan simulasi sistem saja. Digital ƒactory mampu mencakup seluruh informasi yang ada pada proses produksi, termasuk informasi mengenai bangunan, produk dan para pekerja.





Authors: Khairiyah Maghfiroh Alkholidi dan Fionna Yokhebed Siahaan

Referensi:

[1] Bley, H dan Zenner, C. 2005. Handling of process and resource variants in the Digital factory. CIRP Journal of Manufacturing System. Vol. 34 No. 2.

[2] Kuehn, W. 2006. Digital factory-integration of simulation enhancing the product and production process towards operative control and optimization. International Journal of Simulation. Vol. 7 No. 7.

[3] Sunardi, O dan Kevin, J. 2016. Implementasi Digital factory pada Industri Manufaktur Skala Menengah: Studi Pendahuluan. Jurnal Manajemen Teknologi. Vol. 15 No. 3.

9 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page